Jum at, 25 Desember 2009 mendadak saya pulang ke Klaten , karena ada kerabat meninggal. Kebetulan paman saya juga datang dari Banyuwangi. Pada hari Sabtu, untuk mengisi waktu luang paman mengajak berkunjung ke rumah Pak Bibit guru kimia SMA kita. Paman adalah teman akrab Pak Bibit ketika sekolah di SMP 1 dan SMA 2 Klaten tahun 58 s/d 62. Rumah Pak Bibit di banjar rejo ,Kragilan, Gantiwarno. Sepertinya paling ujung di selatan Kab Klaten. Sebelumnya saya sempat mampir ke SMA 2 Klaten.
Mereka lalu kangen kangenan sambil bernostalgia, karena sudah 50 an tahun ga berjumpa. Pak Bibit bercerita bahwa waktu itu sangat susah, tapi anak yang sekolah pintar pintar. Setiap pagi pak Bibit bersepeda sekitar 12 an kilo meter, sedang paman saya sekitar 6 kilometer dari kampung Sumyang. Nah, ketika pulang, paman saya suka bonceng , sampai Merbung, Krapayak, lalu jalan kaki menelusuri rel kereta api. Pak Bibit dan paman, di SMA berada satu kelas yaitu kelas B.3, atau kelas IPA yang anaknya ngetop. Katanya saat itu SMA 1, isinya hanya anak SMP 1 dan SMP 2. Guru gurunya kebanyakan dari Mahasiswa akhir MIPA UGM. Guru guru itu naik ” SEPUR KLUTUK” ( Kereta api, yang ditarik loko uap berwarna hitam), katanya.Ketika Ujian, dari 30 siswa di kelas B.3, yang lulus 19 anak ( Memang saat itu ujiannnya, susah, ga seperti sekarang). Lalu mereka mendaftar di banyak Fakultas ( waktu itu tiap Fakultas mengadakan tes sendiri sendiri, bukan seperti UMPTN sekarang ini.) . Paman dan Pak Bibit mendaftar di Fak pertanian, Geodesi, Teknik dan bahkan AAU dan pak Bibit mendaftar juga di AMN ( yang sekarang Akmil). Waktu di test wawancara, Pak Bibit ditanya anak keberapa? Lalu pak Bibit menjawab, anak pertama. Gara gara jawaban itu, Pak Bibit tidak dipanggil lagi ( konon kabarnya waktu itu anak pertama ga boleh masuk AMN, ga tahu kenapa)
Paman akhirnya masuk Akademi Penilik Kesehatan di Surabaya dan Pak Bibit masuk MIPA UGM jurusan Kimia ( ternyata Pak Bibit itu alumni UGM). Mereka lalu berpisah. Kata pak Bibit, diantara teman sekelasnya , 4 anak diterima di AAU dan beberapa di Kedokteran UGM ( termasuk dr. Karti, yang sangat terkenal di Wedi)
Tahun 1964, SMA ABC Klaten ( Sebelum bernama SMA 1), dipecah menjadi SMA 1 dan SMA 2. Tahun 1965 pecah G/30 S. PKI, banyak guru yang dipecat. Pak Bibit dipanggil SMA 2 untuk menjadi guru Kimia, yang saat itu ga ada ( kabarnya Pak Bibit sebenarnya bisa diterima di tempat lain, karena saat itu jebolan PTN apalagi UGM masih sangat langka)
Demikianlah penuturan pak Bibit . Ternyata beliau adalah sosok yang ulet dan pintar saat sekolah, dimana jaman itu masih sulit dan sangat jarang yang sekolah sampai SMA apalagi UGM. Semoga cerita ini dapat memberi motivasi kepada kita , bahwa kesuksesan bisa diraih dengan kegigihan dan keuletan, meskipun tanpa sarana yang memadai.
Minggu pagi saya kembali ek Jakarta, karena Senin ada tugas penting. ketika di daerah Kebumen, saya menerima sms dari Agung, bahwa Pak Supomo Adhi, mantan Kasek kita berpulang ke Rahmatullah. Sungguh saya menyesal, karena tak mungkin kembali lagi. Tapi saya sempat mengirim sms ke Pak Bibit dan Pak Tukimin Guru SMA 2, Klaten.Saya hanya bisa mengirim doa, semoga Pak Pomo diterima disisi Allah SWT, sesuai dengan amal dan pengabdiannya.
Penulis
Sri Santoso
6 komentar:
ok bos......terus nulis
Iyo. Iki lagi golek, cerito maneh, sing terkesan, getu
kalo perlu posting lama diperbaiki...
sdh ok kalo ngajar bhs indonesia....eh kimia ...
He eh
menarik,,perjln karirnya pak bibit,,salut unt beliau,sampai skrgpun sy blm tahu metode dan cara yg tepat bgmn agar paham dan mampu menguasai kimia dgn baik,,,kl pelajaran mp ini,,,cuman manggut2 aja,,untung pak bibit nggak galak,cuman pernah NGLEMPAR PENGHAPUS ke....hayoo ngaku klas ipa3 yg dilempar,,hee..heee...(kl daya ingatku salah sy mhn maaf ya pak bibit,,bpk benar kok,ngajarnya serius,,yg diajar dho nggojek,,)
Aku kang, sing pernah di seneni gara gara tabung rekasi ra di kumbah, padahal sing nganggo dudu aku. Tapi tetap ae aku salah, masa Pak Bibit sing kudu Cuci. Biji Kimiaku jua pasa pas an. Yen Pokok Bahasan Ikatan Kovalen, ra mudeng blas. Tapi memang aku sing goblok. He he he. Yen balik, mampiro kang ! Soko Dalan Bendo/ Danguran Wedi lurus terus , ojo menggok menggok. Yen Wis mentok belok kiri, kiro kiro 500 meter, cerak mesjid. wargo kono wis ngerti kabeh. @ putranya meninggal , sudah dewasa. Malah yang satu dah punya anak, yang satu lagi meninggal ketika sehari sebelum menikah, 4 bulan lalu.
Posting Komentar